Breaking News

Program peningkatan jaringan irigasi permukaan jati luhur/SS Sukatani


Mediaintelijen.id

Bekasi,03/11/2025

Program peningkatan jaringan irigasi permukaan jati luhur/SS Sukatani Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3A–TGAI) merupakan Program Kementerian Pekerjaan Umum Balai Besar Wilayah Sungai Citarum satuan kerja oprasi dan pemeliharaan Sumber Daya Air (SDA). Program ini bertujuan memperbaiki, merehabilitasi, dan membangun jaringan irigasi secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat petani melalui Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Senin (3/11/2026).

Program yang seharusnya dilaksanakan secara swakelola oleh kelompok masyarakat petani tersebut, kini menuai sorotan. Di lapangan, ditemukan dugaan pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai ketentuan pada kegiatan P3A–TGAI di wilayah Bekasi.

Salah satunya terjadi pada kelompok P3A Setia Asih Satu, Desa Karangsetia, Kecamatan Karang Bahagia, Kabupaten Bekasi, dengan pagu anggaran Rp. 195.000.000,. di mana pekerjaan proyek diduga dikerjakan secara asal-asalan. 

Berdasarkan pantauan di lokasi, galian pondasi tidak sesuai dengan bestek, serta ditemukan penggunaan material yang dinilai kurang layak seperti pasir dan batu berkualitas rendah.

Upaya konfirmasi dari pihak awak media, kepada penanggung jawab kegiatan belum membuahkan hasil. Saat beberapa kali disambangi ke lokasi, pelaksana proyek tidak berada di tempat.

Selain itu, dugaan lemahnya pengawasan dari pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) juga menjadi sorotan. 

Diduga Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) jarang melakukan pemantauan langsung ke lapangan, sehingga kualitas pekerjaan tidak terkontrol dengan baik.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan ketahanan dan fungsionalitas jaringan irigasi dalam jangka panjang, mengingat kualitas konstruksi menjadi faktor penting dalam mendukung produktivitas pertanian.

Sekjen DPD LSM Prabhu Indonesia Jaya, Ujang HS, yang turut meninjau lokasi kegiatan mengatakan bahwa pelaksanaan pekerjaan di lapangan diduga tampak tidak sesuai spesifikasi teknis.

“Dugaan tidak terlihat adanya cerucuk bambu, batu muka depan pun nyaris tidak tampak. Pekerjaan dilakukan tanpa lantai kerja, dan galian sepatunya asal-asalan, kondisinya masih tergenang air. Selain itu, para pekerja juga mengabaikan keselamatan kerja (K3),” ujarnya.

Hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan resmi dari pihak pelaksana maupun instansi terkait. Lebih disayangkan lagi, proyek yang seharusnya dilaksanakan secara swakelola oleh kelompok masyarakat petani, justru diduga melibatkan pihak ketiga (pemborong) dalam pelaksanaannya.

(Red)

© Copyright 2022 - Media Intelijen